Jumat, 12 November 2010

PORTOFOLIO DAN PARADIGMA BARU DALAM PENILAIAN MATEMATIKA


  1. Latar Belakang
Kegiatan penilaian dalam pembelajaran utamanya dilakukan dalam rangka mengambil keputusan tentang 'penampilan' siswa setelah Belajar dan ketepatan strategi pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu.tujuan penilaian daiam kegiatan pembelajaran pada intinya.:" antara lain adalah untuk ( 1) umpan balik bagi siswa agar mengetahui kelemahan dan kelebihannya serta basil usahanya, (2) umpan balik bagi guru agar mnengetahui tingkat efektitas dari kegiatan pembelajaran yang dikelolanya. (3) informasi hagi para orang tua. sebagai pertanggung jawaban sekolah dalam mengelola .kegiatannya. dan (4) memberikan penghargaan dan inotivasi kepada siswa agar meningkat usaha belajarnya.
Penilaian penbelajaran perlu dilakukan secara manyeluruh dan berkesinambungan yang mencakup penilaian terhadap proses belajar dan penilaian terhadap hasil Belajar. Untuk mencapai tujuan penilaian pembelajaran itu dapat dilakukan berbagai cara yang muaranya adalah penilaian kemampuan siswa dalam prestasi akademik, tingkah laku dan sikap. Untuk melaksanakan penilaian pembelajaran dapat dilakukan dengan teknik tes dan non-tes.
Pada beberapa tahun terakhir ini, kegiatan pembelajaran dan penilaian yang dilakukan oleh sekolah-sekolah kita umumnya terfokus pada kegiatan yang menyangkut prestasi akademik dan kurang menaruh perhatian terhadap kegiatan menyangkut tingkah laku dan sikap. Akibat banyak terjadi keluhan dari masyarakat dan sekolah itu sendiri tentang rendahnya  sopan santun dan tanggung jawab pelajar-pelaiar kita. Selain itu penilaian pembelajaran di sekolah-sekolah juga, terfokus pada teknik tes, khususnya tes tertulis yang bebasis pada hasil belajar dengan alat ukur didominasi oleh soal-soal berbentuk pilihan panda. Hal itu didukung oleh kebijakan pemerintah menerapkan sistem EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) dengan NEM (Nilai Akhir Murni)nya. Kebijakan memilih bentuk dan teknik penilaian yang dilakukan sekolah cenderung merupakan.doktrin yang 'top­down' dari pusat, Penilaian lebih berbasis pada basil belajar yang dilakukan dengan teknik tes tertulis. Bagai lingkaran setan, sistem penilaian yang ditempuh itu berpengaruh pada pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Penilaian yang lebih terfokus pada penilaian hasil belajar menyebabkan penilaian terhadap proses pembelajaran terabaikan. Proses pembelajaran menjadi berlangsung tidak setmestinya,  seperti  dikemukakan oleh beberapa hasil studi pada akhir-akhir ini. Akhirnya kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah kita banyak dilingkupi oleh persoalan rendahnya tingkat pemahaman siswa termasuk dalam pembelajaran matematika.
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, beberapa saran dilontarkan dalam usaha melakukan perubahan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran di sekolah termasuk dalam sistem penilaian pembelajarannya. Penilaian pembelajaran untuk tiap tingkat sekolah diharapkan tidak lagi hanya terfokus pada penilaian yang berbasis pada basil belajar dengan teknik tes tertulis, namun juga pada proses pembelajaran dan dengan teknik non-tes. Dengan melaksanakan sebaik-baiknya penilaian terhadap proses pembelajaran, diharapkan dapat diperoleh data yang memadai untuk umpan balik guru dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran. Selanjutnya dapat dipilih dan dilakukan usaha yang tepat untuk meningkatkan kemajuan dan hasil Belajar siswa. Dalam melaksanakan penilaian pembelajaran juga disarankan agar alat ukur dan teknik yang digunakan hendaknya menuntut siswa mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, cara berpikir, ide atau gagasan ilmiahnya. Untuk itu teknik yang digunakan tidak hanya tes, namun juga non-tes. Dengan demikian diharapkan sedikit demi sedikit akan berkurang siswa-siswa yang nilai untuk suatu mata pelajaran dirapor tertulis 6, namun kemampuan penampilan sebenarnya (sebenarnya) bernilai.4 atau bahkan kurang.dari 4.
Pada pembelajaran dengan Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, penilaian pembelajaran yang seharusnya dilakukan adalah penilaian yang berorientasi kompetensi. Penilaian yang dilakukan harus berkelanjutan, terus menerus, dengan alat ukur maupun teknik yang bervariasi, berbasis kinerja nyata siswa, mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga penguasaan dan ketercapaian kompetensi siswa seperti yang diamanatkan dalam kurikulum benar-benar dapat terwujud.
Paradigma baru pendidikan matematika, menghendaki dilakukan inovasi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Salah satu wujudnya adalah inovasi yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kebiasaan guru dalam mengumpulkan informasi mengenai tingkat pemahaman siswa melalui pertanyaan, observasi, pemberian tugas dan tes akan sangat bermanfaat dalam menentukan tingkat penguasaan siswa dan dalam evaluasi keefektifan proses pembelajaran.
Informasi yang akurat tentang hasil belajar, minat dan kebutuhan siswa hanya dapat diperoleh melalui asesmen dan evaluasi yang efektif. Penilaian yang biasa digunakan dalam sistem pendidikan kita adalah melalui deskripsi kuantitatif, yaitu tes (tertulis). Sedangkan asesmen yang sedang berkembang saat ini adalah penilaian protofolio yang disinyalir memiliki banyak manfaat baik bagi guru maupun bagi siswa. Portofolio termasuk dalam kelompok non-tes.

B.     Pengertian Portofolio dan Penilaian Portofolio
Portofolio sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses social pedagogic, maupun sebagai adjective. Sebagai suatu wujud benda fisik portofolio itu adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel. Misalnya basil tes awal (pre-test), tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post­test), dan sebagainya. Sebagai suatu prows social pedagogic, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik baik yang berujud pengetahuan (kognitif), ketrampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Adapun sebagai suatu adjective portofolio Bering kali disandingkan dengan konsep lain, misalnya dengan konsep pembelajaran dan penilaian. Jika disandingkan dengan konsep pembelajaran maka dikenal istilah pembelajaran berbasis portofolio (portfolio based learning), sedangkan jika disandingkan dengan konsep penilaian maka dikenal istilah penilaian berbasis portofolio (portfolio based assessment).     
Banyak para ahli yang memberi batasan Batasan portofolio, antara lain sebagai berikut :
Paulson (191 : 60) mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri.
Menurut Gronlund (1998 : 159) portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang tertarik berkepentingan.
Protofolio dapat digunakan untuk mendokementasikan perkembangan siswa. Kerena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu.
Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa.
Portofolio adalah kumpulan sistematis dari basil karya atau tugas siswa yang menggambarkan perkembangan hasil belajar siswa.
Tujuh unsur kunci dalam pelaksanaan dengan portofolio yaitu:
 (a) Siswa memahami-makna portofolio dalam  hubungannya dengan kemajuan dan pencapaian basil belajarnya.
(b) Menentukan topik pekerjaan siswa yang hasilnya akan dikoleksi sebagai portofolio.
(c) Mengumpulkan dan hasil peketjaan siswa yang dipilih sebagai portofolio
(dj Memilih kriteria untuk hasil pekerjaan siswayang akan dijadikan portofolio,
(e) Mendorong dan membantu siswa agar selalu mengevaluasi dan memperbaiki hasil-hasil portofolio mereka.
(f)  Menjadwalkan dan melaksanakan pertemuan portofolio dengan siswa dan,
(g) melibatkan orang tua dan unsur lain terkait daIam kegiatan penilaian dengan portofolio.

Penilaian portofolio adalah penialain terhadap kumpulan karya- siswa yang dihasilkan  di sekolah  maupun di luar sekolah, terkait hasil belajar kognitif maupun non kognitif dan didokumentasikan  secara sistematis. Dokumentasi karya siswa itu menggambarkan perkembangan basil belajar siswa. Karya siswa dapat berupa: hasil penyelesaian tugas tertentu  (bila penyelesaian tugas belum memenuhi kriteria maka siswa hars diberi kesempatan memperbaiki), basil ulangan harian (bila hasilnya belum baik maka harus ada tugas membaikinya sehingga perbaikanriya menjadi gambaran bagi perkembangan basil belajar siswa.  catatan guru tentang pencapaian siswa dalam tingkah laku (kedisiplinan, tanggungjawab, kegigihan, ketekunan dll) maupun non tingkah laku (pada matematika terkait dengan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi serta pemecahan masalah).



C.     Model Portofolio Matematika
Berikut ini adalah model portofolio matematika yang berisi contoh-contoh pekerjaan siswa.
1) Uraian tertulis hasil kegiatan praktik- atau penyelidikan matematika.
2) Gambar-gambar dan laporan lisan, perluasan analisis situasi masalah dan            penelitian.
3) Uraian dan diagram dari proses pemecahan masalah.
4) Penyajian data statistik dan grafik.
Disamping itu, hal-hal lainnya yang dapat dicantumkan dalam portofolio matematika adalah sebagai berikut.
1) Laporan penyelidikan tentang ide matematika seperti hubungan antara dua fungsi, koordinat grafik, aritmatika, aljabar dan geometri.
2) Respon terhadap pertanyaan open-ended atau masalah pekerjaan rumah.
3) Laporan kelompok dan foto kegiatan siswa
4) Salinan piagam penghargaan
5) Video dan pekerjaan siswa yang menggunakan komputer. (Stenmark 1991: 63)
D. Manfaat Protofolio
Penilaian portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya seperti yang dikemukakan oleh Berenson dan Certer (1995:184) berikut ini.
1) Mendomentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu
2) Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki
3) Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar
4) Mendorong tanggungjawab siswa untuk belajar.
Sedangkan menurut Gronlund (1998 : 158), portofolio memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut.
1) Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas
2) Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif   dalam belajar.
3) Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain
4) Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik
5) Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum)
6) Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.
Adapun keuntungan penggunaan portofolio matematika secara khusus antara lain sebagai berikut.
1) Memberikan bukti perkerjaan atau perbuatan berdasarkan pengetahuan yang sesungguhnya telah diperoleh
2) Penilaian catatan atau memberikan gambaran tentang program matematika yang perlu ditekankan
3) Catalan kemajuan siswa dalam jangka waktu lama mencerminkan pembelajaran yang cukup lama (Stenmark, 1991:63)
E. Keunggulan dan Kelemahan
Sebagai suatu paradigma baru, penilaian portofolio memiliki keunggulan dan tentunya kelemahan dalam penyelenggaraan­nya di kelas. Yang pasti, penilaian portofolio memerlukan waktu yang lebih dibandingkan dengan penilaian yang lain. Ada beberapa hambatan dalam penilaian portofolio di sekolah. Kelebihan dan hambatan tersebut dapat terjadi dalam kondisi-kondisi, antara lain:
1. Keunggulan
a. Perubahan paradigma penilaian
Perubahan paradigma penilaian adalah dengan adanya perubahan membandingkan kedudukan kemampuan peserta didik (berdasarkan grade, persentil, atau skor tes) kepada pengembangan kemampuan peserta didik melalui umpan batik dan refleksi diri. Penilaian portofolio dapat menolong guru membakukan dan mengevaluasi kemampuan dan penge­tahuan peserta didik sesuai dengan harapan tanpa mengu­rangi kreativitas peserta didik di kelas. Penilaian portofolio juga dapat menolong peserta didik untuk lebih bertanggung­jawab terhadap yang mereka kerjakan di kelas dan mening­katkan peranserta mereka dalam kegiatan pembelajaran.
Penilaian portofolio menyajikan pengertian yang lebih bermakna tentang perubahan perilaku peserta didik. Sebab, penilaian portofolio lebih menekankan pada proses perubahan kemampuan peserta didik.

b. Akuntabilitas
Penilaian portofolio seyogyanya menekankan pada akuntabi­litas (accountability). Guru sebagai pendidik bertanggung jawab terhadap konstituen yaitu peserta didik; orang tua, sekolah, dan masyarakat. Portofolio adalah salah satu Penilaiann yang dapat dilaksanakan sebagai perwujudan penilaian yang bertanggung jawab kepada konstituen dimak­sud di atas. Proses seleksi evidence, hasil kerja, ataupun dokumen yang telah dikerjakan peserta didik senantiasa - melibatkan peserta didik dalam penilaian. Dengan demikian,&pertanggung jawabank.akan lebih mudah dilakukan dibanding dengan penilaian bentuk lainnya, yang terkadang tidak pernah melibatkan peserta didik.
Penilaian portofolio dapat mengatasi kelemahan yang terjadi pada. penilaian secara tradisional. Penilaian, ini memungkinkan penilaian yang lebih kompleks dibandingkan dengan apa.yang dapat dilakukan oleh penilaian secara tradisional.
c. Peserta didik sebagai individu dan peran aktif peserta didik
Ciri khas penilaian portofolio adalah memungkinkan guru untuk melihat peserta didik sebagai individu, yang masing­masing memiliki karakteristik, kebutuhan, dan kelebihan tersendiri. Ciri khas ini merupakan keungg.ulan dimana penilaian portofolio sangat berguna manakala program evaluasi sangat fleksibel dan lebih menekankan pada tujuan . individual. Sebagai contoh misalnya tujuan umum pendidikan adalah meningkatkan kemampuan sosial peserta didik, beberapa peserta didik mungkin memerlukan tindakan yang lebih dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Salah satu kelebihan portofolio adalah memungkinkan peran aktif dalam proses penilaian, dan memberikan kesempatan untuk mening­katkan kemampuan mereka. Mengundang peserta didik untuk melihat peningkatakan kemampuan mereka sebagai pelajar.

d. Identifikasi
Penilaian portofolio dapat menolong guru untuk mendokumen­tasikan kebutuhan dan asset komunitas yang berminat. Peni­laian portofolio juga dapat mengklarifikasi dan mengidentifi­kasi program pengajaran dan memungkinkan untuk mendo-. kumentasikan "pemikiran" disamping pengembangan prog­ram. Idealnya, proses untuk menentukan kriteria untuk por­tofolio akan mengalir dengan sendirinya dari tujuan pembela­jaran yang telah direncanakan dalam program pembelajaran. Namun demikian, dalam program pembelajaran yang tujuan pembelajarannya tidak secara jelas dinyatakan, pengembang program pengajaran mungkin dapat mengklarifikasi tentang tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai, dan basil kerja peserta didikyang bagaimana yang bisa diterima sebagai bahan portofolio. Dengan demikian, kriteria portofolio akan berpengaruh terhadap penentuan tujuan pembelajaran (indikator pencapaian basil belajar).
e. Keterlibatan orang tua dan masyarakat
Salah satu kelebihan penilaian portofolio adalah sebagai alat komunikasi dengan adanya keterlibatan pihak luar seperti guru, orang tua, komite sekolah, dan masyarakat luas. Peni­laian portofolio melibatkan orang tua dan masyarakat untuk berperan serta dalam melihat pencapaian kemampuan peserta didikyang berkaitan dengan konteks kurikulum dibandingkan dengan hanya melihat angka-angka tes yang selama ini dihasilkan. Penilaian portofolio lebih bermakna dibandingkan dengan bentuk penilaian lainnya mengingat adanyaa keterli­batan orang tua, komite sekolah, dan masyarakat luas
f. Penilaian diri
Salah satu kelebihan penilaian portofolio adalah pengukuran dilakukan berdasarkan evidence peserta didik yang asli. Portofolio memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri sendiri (self-evaluation), refkelsi, dan pemikiran yang kritis (critical thinking).
g. Penilaian yang fleksibel
Penilaian portofolio memungkinkan pengukuran yang pleksi­bel yang bergantung kepada indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan.

h. Tanggungjawab bersama
Penilaian portofolio memungkinkan guru dan peserta didik secara bersama-sama bertanggungjawab untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
i. Keadilan
Portofolio adalah salah satu alat penilaian yang ideal untuk kelas yang heterogen, yang sangat terbuka bagi guru untuk menggambarkan kelebihan dan kekurangan peserta didik dan memantau perkembangan mereka. Peserta didik yang memi­liki kemampuan lebih dapat dengan mudah menunjukkan kemampuan mereka sedangkan peserta didik yang memiliki kelemahan dapat ditolong untuk meningkatkan kemampuan mereka dan menunjukkan usaha mereka sesegera mungkin.

j. Kriteria penilaian
Dalam penilaian portofolio peserta didik diberikan penghar­gaan (kredit) atas usaha mereka. Salah satu kekuatan peni­laian portofolio adalah memungkinkan hadiah bagi usaha dan perkembangan kemampuan mereka, dimana tes tradisional tidak dapat dilakukan. Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa peserta didik yang sudah berusaha keras, berpenam­pilan kurang baik, lalu memperoleh nilai yang bagus, dimana usaha mereka merupakan satu-satunya kriteria penilaian. Hasid pekerjaan peserta didik akan dinilai semata-mata berdasarkan kriteria yang relevan dengan penampilan mereka (misalnya dengan skala rating = rating scale). Peserta didik yang kurang akan tetap memperoleh penghargaan (credit), sedangkan pencapaian keberhasilan yang optimal menjadi tujuan dari penilaian portofolio ini.
Ketika tes sangat berbeda dari aktivitas yang berlangsung di kelas,- dan mungkin sangat efektif untuk kemampuan berbahasa, penilaian portofolio dapat menolong guru untuk menilai kemampuan peserta didik dalam kondisi yang normal. Dalam hal ir;i cara mengajar guru tetaplah seperti biasa, sekalipun penilaian portofolio dilaksanakan di kelas. Yang perlu guru perhatikan adalah tetap melalukan proses pem­belajaran sesuai kemampuan peserta didik.
Guru dapat melihat perkembangan kemampuan peserta didik mulai dari draft pertama sampai ke hasil akhir. Terlebih lagi, setiap peserta didik dapat menunjukkan hasil pekerjaan mereka dalam kartu komentar, halaman muka, dan dan berbagai macam bentuk yang telah disediakan. Perubahan kemampuan dan pekerjaan peserta didik dapat dilihat dari waktu ke waktu.

2. Kelemahan
a. Waktu ekstra
Penilaian portofolio memerlukan kerja ekstra dibandingkan dengan penilaian lain yang biasa guru lakukan. Tetapi usaha guru yang menggunakan penilaian portofolio akan sangat dihargai dan terutama dikenang baik oleh peserta didik. Sebab, melalui penilaian portofolio peserta didik dapat meningkatkan motivasi,_,partisipasi aktif dalam proses pembelajaran, bahkan meningkatkan kemampuan mereka. Hal yang menarik dari por tofolio terletak bukan pada banyaknya pekerjaan yang harus ilakukan terutama dalam mengatur evidence peserta didik, tetapi keterlibatan peserta didik dalam proses penilaian akan lebih menggairahkan proses pembelajaran. Penilaian portofolio yang efektif memerlukan perencanaan dan menjaga baik-baik catatan tentang peserta didik. Hal semacam ini akan sangat cepat menjadi kebiasaan ketika guru sering menggunakan penilaian portofolio.
Hal yang penting dalam penilaian portofolio adalah adanya pertemuan antar guru dengan peserta didik yang dilakukan secara rutin. Pertemuan semacam inii akan sulit dilakukan ika guru melakukannya secara frontal, tetapi' akan sangatt nungkin apabila dilakukan sering dan menjadi kebiasaan liskusi dengan peserta didik secara individu maupun celompok. Tahapan ini sangat penting untuk mengembangkan Ian menilai kemampuan peserta didik, tetapi haruslah iilakukan dengan hati-hati khususnya dalam pemberian nilai kepada peserta didikdan harus dilakukan sesegera mungkin.
b. Reliabilitas
Penilaian portofolio nampak agak kurang reliabel dan kurang fair dibandingkan dengan penilaian lain yang menggunakan angka seperti ulangan harian, ulangan umum maupun ujian akhir nasional yang menggunakan tes. Dengan demikian tidak diragukan lagi memang penilaian portofolio dianggap kurang reliable dibandingkan dengan penilaian bentuk lainnya. Penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik (self­assessment) maupun oleh kelompok peserta didik agak kurang reliabel. Oleh karena itu, latihan penilaian yang dilakukan oleh peserta didik maupun kelompok peserta didik sangat diperlu­kan. Dengan adanya latihan yang terus menerus, terutama lagi apabila kriteria yang disajikan sangat jelas dan mudah dipahami peserta didik, maka penilaian yang reliabel akan diperoleh, dan peserta didik akan berlatih bagaimana menjadi penilai untuk pekerjaannya sendiri. Salah satu keuntungan yang diperoleh dalam penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik adalah peserta didik memahami dengan sendiri­nya kemampuan yang mereka miliki. Dengan demikian diharapkan mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka. Hal ini sangat penting untuk melatih kemampuan peserta didik, tetapi harus hati-hati jangan sampai memberi nilai kepada peserta didik terlalu dini.
c. Pencapaian Akhir
Guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya pencapaian akhir. Jika hal ini terjadi, berarti proses penilaian portofolio tidak mendapat perhatian sewajarnya. Dengan  demikian, peserta didikpun akan hanya berorientasi pada pencapaian akhir semata, dengan kecenderungan melakukan berbagai upaya dan strategi, dan bahkan mungkin dengan menghalalkan segala cara. Dengan demikian, penggunaan penilaian portofolio dalam hal ini tidak dapat mengubah sikap dan perilaku peserta didik, yang sebenarnya diharapkan dapat terjadi dengan menjalani dan mengalami proses pembelajarannya.

d. Top-Down          
Guru dan peserta didik iasanya terjebak dalam suasana hubungan top-down, yaitu guru mengganggap segala tahu dan peserta didik selalu dianggap sebagai objek, yang harus dididik dan diberii tahu. Dengan demikian proses pembe­lajaran menjadi satu arah yaitu peserta didik sebagai objek yang diberi pengajaran sedangkan guru adalah sebagai subjek yang memberi pelajaran (pendidikan). Apabila kondisi ini terwujud, maka inisiatif dan kreativitas peserta didik yang menjadi ciri khas penilaian portofolio akan hilang. Pada akhirnya peserta didik hanya akan menjadi manusia penurut dan mengikuti perintah. Suasana pembelajaran akan tidak bergairah. Segala sesuatu yang berlangsung dalam kelas akan sangat bergantung kepada guru. Pada akhirnya, pendidikan hanya akan menghasilkan manusia-manusia pasif, yang tidak memiliki inisiatif dan kreativitas.
e. Skeptisme
Masyarakat, khususnya orang tua peserta didik selama ini hanya mengenal keberhasilan anaknya hanya pada angka­angka hasil tes akhir (test scores), peringkat, dan hal-hal yang bersifat kuantitatif. Sebaliknya, portofolio pada hakekatnya tidak mengenal angka-angka dimaksud. Bahkan dalam penilaian portofolio umumnya penggunaan angka sebagai hasil penilaian agak dihindari. Akibatnya, orang tua terkadang bersikap skeptis dan lebih percaya pada tes selain penilaian portofolio. Orang tua maupun peserta didik dan masyarakat pada umumnya masih agak susah menerima kenyataan bahwa peserta didik tidak menerima angka sebagai laporan hasil penilaian. Untuk mengatasi hal tersebut, format penilaian yang dibahas dalam buku menggunakan kriteria penilaian yang bervariasi, mulai dari tidak menggunakan angka sampai pada menggunakan angka. Pembahasan format penilaian akan disajikan di Bab 4. Di masa yang akan datang, penilaian portfolio dengan menggunakan angka lambat faun akan mulai ditinggalkan.
f. Hal.yang baru
Penilaian port.ofolio adalah sesuatu yang baru dialam dunia pendidikan. Oleh karena itu bukan tidak mungkin kebanya­kan guru atau bahkan Lembaga Pendidikan Tenaga Kepen­didikan (LPTK) belum mengenal penilaian portofolio. Mereka lebih mengenal bentuk penilaian yang biasa dilakukan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pertemuan antara guru dan peserta didik yaitu:
1. Lakukan pertemuan yang cukup selektif. Ada baiknya guru melakukan pendekatan secara bertahap dalam proses penilaian portofolio. Janganlah memborbardir peserta didik dengan berbagai macam pertanyaan yang berkaitan dengan hasil pekerjaan peserta didik, tetapi lakukanlah tahap demi tahap dengan tidak terburu-buru sehingga peserta didik tidak merasa dipojokkan dengan berbagai_macam perta­nyaan yang boleh jadi mengagetkan mereka. Dengan demikian diharapkan peserta didik memahami proses penilaian yang dilakukan.
2. Pengecekan secara selektif dilakukan oleh guru (komentar yang merupakan petunjuk pada peningkatan pada aspek khusus dari pekerjaan tertentu atau koreksi pada kesa­lahan yang dilakukan).
3. Pengkodean (contohnya sp untuk spelling, gr untuk grammar) untuk menolong peserta didik melakukan pemeriksaan sendiri. Pengkodean pada proses penilaian dapat mempermudah penilaian.

4. Sediakan peserta didikdengan alat yang memadai seperti kriteria penilaian yang mudah dipahami misalnya, untuk menilai evidence mereka sendiri atau kelompok dengan kriteria penilaian yang jelas dan tegas. Peserta didik diberi kesempatan untuk dapat bertanggung jawab dalam proses penilaian dan mereka dapat berdnskusi satu lama lain. Proses ini sangat bermakna dan tidak pernah terj adi dalam penilaian sebagaimana biasa dilakukan dengan menggunakan tes.
Jika rerata pemeriksaan ternyata kurarig tepat, maka jawabannya adalah TIDAK. Masing-masing penilaian haruslah menunjukkan tujuan khusus,, dan tentunya tepat (misalnya speaking/writing tanpa adanya kesalahan) tidak termasuk salah satu dari kemampuan menulis journal. Dalam beberapa kasus penilaian mungkin terpusat pada apakah seluruh tugas telah selesai dan telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tes tradisional mungkin masih dapat digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem perseko­lahan, sekalipun penggunaan penilaian portofolio secara besar­besaran. Oleh karena itu, guru mungkin menggunakan penilaian portofolio sebagai tambahan dalam rangka memantau kemajuan peserta didik. Penilaian portofolio dengan demikian tidak dapat dipisahkan dalam penilaian pendidikan. Dalam menentukan apakah penilaian portofolio digunakan di kelas, harus diingat bahwa kegiatan penilaian portofolio t dak terlepas dalam rangka memantau kemajuan peserta didik. Untuk bahasa Inggris misalnya, lebih khusus lagi digunakan untuk memperlihatkan kemampuan berbicara (oral skills), menulis (writing), membaca, (reading), dan literatur (literature).
Untuk mengetahui apakah portofolio yang dikerj akan peserta didik adalah basil pekerjaan mereka sendiri atau basil kelompok dapat dengan mudah diketahui.
1. Portofolio peserta didik haruslah dikerjakan di kelas, atau atas dasar pekerjaan yang ditugaskan di kelas.
2. Yakinkan bahwa apa yang dituntut dari peserta didik adalah sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Bila tidak, agak sulit meyakinkan apakah mereka mampu atau tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Ada kecenderungan pada akhirnya, mereka, menjiplak evidence orang lain atau bahkan meminta bantuan pihak ketiga untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
3. Berilah petunjuk yang sangat jelas, tidak mendua, se­hingga peserta didik akan dengan mudah mengerjakan tugas yang diberikan. Berikan petunjuk, tujuan, dan kriteria penilaian yang akan digunakan dalam penilaian portofolio.

g. Kriteria penilaian dan analisis
Kelemahan utama dalam penilaian portofolio adalah tidak tersedianya kriteria penilaian. Ketika guru selesai menentu­kan tujuan portofolio dan isi portofolio yang akan digunakan dalam penilaian, maka guru harus membuat langsung kriteria penilaiannya. Kegiatan ini nampak sebagai pekerjaan ekstra yang harus dilakukan oleh guru. Dalam pengertian guru harus mengembangkan kriteria penilaiannya sendiri. Hal ini terkadang akan menjadi beban bagi guru selain kriteria penilaian yang dikembangkan terkadang tidak fair bagi semua peserta didik. Karena penggunaan angka dalam penilaian portofolio agak dihindari, analisis terhadap pe­nilaian portfolio menjadi agak sulit dilakukan.
h. Penerapan di sekolah
Penilaian portofolio terkadang sulit untuk diterapkan di sekolah - yang lebih mengenal perbandingan peserta didik­melalui skor tes, peringkat dan yang lebih sering meng­gunakan tes yang sudah baku seperti ulangan umum bersama atau ujian akhir.nasional.
i. Format penilaian yang lengkap dan detail
Penyediaan format yang digunakan secara lengkap dan detail,, dapat juga menjebak. Peserta didik akan terjerumus kedalam suasana yang kaku dan mematikan, yang pada akibatnya juga .akan mematikan inisiatif dan kreativitas.
j. Tempat penyimpanan
Penilaian portofolio memerlukan tempat penyimpanan evidence yang memadai, apalagi bila jumlah peserta didik cukup besar. Oleh karena itu, guru perlu mewaspadai beberapa hambatan tersebut. Apabila kondisi ini.dapat diwaspadai dan dihindari, maka penggunaan penilaian portofolio akan bermanfaat sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendid kan, sebagaimana yang kita harapkan.
F. Perbedaan Tes dan Penilaian Portofolio
Sebagian orang mempertanyakan mengapa harus digunakan penilaian portofolio. Apakah tidak cukup hanya dengan menggunakan tes? Ada beberapa perbedaan esensial antara portofolio dengan tes. Penilaian portofolio memiliki kelebihan dalam beberapa hal, terutama lebih objektif dilihat dari pers hash kerja peserta didik yang sesungguhnya, lebih terbuka dimana peserta didik ikut serta menilai pekerjaan yang dilakukannya, dan secara langsung berhubungan dengan proses kegiatan pembelajaran. Perbedaan antara penilaian portofolio dan tes sebagai alat evaluasi, secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.

Tes
1. Menilai peserta didik berdasarkan sejumlah tugas yang terbatas.
2. Menilai hanya guru, berdasarkan masukan yang terbatas. 3. Menilai semua peserta didik dengan menggunakan satu kriteria.

Proses penilaian tidak kolabo'ratif (tidak ada kerja sama, terutama antara guru, peserta didik, dan orang tua). Penilaian diri oleh peserta didik bukan meru-pakan suatu tujuan. Yang mendapat perhatian dalam peni-laian hanya pen­capaian. Terpisah antara: kegiatan pembelajaran, testino, dan pengajaran.
Portofolio
1. Menilai peserta didik berdasarkan seluruh tugas dan basil kerja yang berkaitan dengan kinerja yang dinilai.
 2. Peserta didik turut serta dalam menilai kemajuan yang dicapai dalam penyelesaian berbagai tugas, dan perkem­bangaan yang berlangsung selama proses pembelajaran.
3. Menilai setiap peserta didik berdasarkan pencapaian masing-masing, dengan mempertimbangkan juga faktor perbedaan individual.
4. Mewujudkan proses penilaian yang kolaboratif.
5. Peserta didik'menilai dirinya sendiri menjadi suatu tujuan i
6. Yang mendapat perhatian dalam penilaian meliputi
kemajuan, usaha, dan pencapaian.
7. Terkait erat antara kegiatan penilaian, pengajaran, dan pembelaj aran.
F. Pelaksanaan Asesmen Portofolio Matematika
Pelaksanaan asesmen portofolio mensyaratkan kejujuran siswa dalam melaporkan rekaman belajarnya. dan kejujuran guru. dalam menilai kemampuan siswa sesuai dengan kriteria yang yang telah disepakati. Guru harus mampu menunjukkan urgensi laporan yang jujur dari siswa.
Adapun bentuk-bentuk asesmen portofolio diantaranya sebagai berikut.
1) Catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar rekaman kejadiaannya.
2) Ceklis atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa
3) Skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa
4) Respon-respon siswa terhadap pertanyaan
5) Tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya : tes hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan.
Aspek-aspek yang bisa dievaluasi dalam bidang matematika menurut Stenmark (1991 : 64) sebagai berikut.
1) Pemahaman Permasalahan (Problem Comprehension)
2) Pendekatan dan Strategi (Approaches and Strategies)
3) Hubungan (Relationships)
4) Fleksibilitas (Flexibility)
5) Komunikasi (Communication)
6) Dugaan dan Hipotesis (Curiosty and Hypotheses
7) Persamaan dan Keadilan (Equality and Equity)
8) Penyelesaian (Solutions)
9).
Hasil Pengujian (Examining Results)
10) Pembelajaran Matematika (Mathematical Learning)
11) Asesmendiri (Self-Assessment)
Salah satu bagian penting dari penilaian portofolio matematika adalah mengajukan pertanyaan. Mengajukan pertanyaan yang benar merupakan suatu seni yang harus dilatih oleh guru.
Contoh pertanyaan yang bisa diajukan untuk mengevaluasi aspek fleksibilitas dengan tujuan untuk mengambil atau mengetahui apakah siswa bisa menggunakan/menggantikan dengan cara lainnya bila sesuatu tidak dikerjakan dengan cara yang telah diberikan, apakah mereka teguh dalam usahanya, dan apakah mereka mencoba yang lain?
Untuk tujuan  tersebut bisa diajukan pertanyaan seperti berikut.
·   apakah kamu telah mencoba atau hanya menebak ?
·   Apakah kamu bisa menyelesaikan dengan menggunakan cara lain ?
·   Apa lagi yang telah kami coba ?
·   Coba tunjukkan masalah sejenis. Apakah ini masalah yang lebih mudah ?
·   Dan lain-lain.
Sedangkan dalam aspek hubungan yang tujuannya adalah untuk mengungkap apakah siswa melihat hubungan dan mengenali ide utamanya, apakah mereka mengaitkan masalah dengan masalah serupa yang telah dipelajari terdahulu?.

Pertanyaan-pertanyaan, yaitu sebagai berikut
·   Apakah ubungan antara yang ini dengan yang itu?
·   Apa kesamaannya? Apa perbedaannya?
·   Apakah ada polanya?
·   Misalnya kita mengabil bagian ini. Akan J’adi apakah sisanya?
·   Bagaimana jika kamu memindahkan bagian ini?
·   Dapatkan kamu menulis masalah lain yangberkaitan dengan masalah ini?
Mengevaluasi portofolio bukanlah suatu tugas yang mudah, sebab tidak pernah ada dua portopolio ada dua portofolio yang tepat sama. Hal ini disebabkan individu yang menyiapkan portopolio tersebut akan mengikutsertakan item-item yang berbeda sesuai dengan kelebihan yang dimilikinya Salah satu cara untuk mengevaluasi portopolio adalah dengan penggunaan rublik. Cara ini menggunakan skala nilai untuk memberi skor pada item yang mengharuskan murid menjawabnya dalam bentuk tulisan dengan jawaban yang banyak (open-open item) pada soal yang diberikan. Murid bebas menjawab (free response questions) atau terdapat serbagai cara untuk memperoleh jawaban (Heddens dan Speer dalam Sabandar: 4).
Sabandar mengemukakan salah satu contoh rublik dalam menjawab open-ended questions sebagai berikut:
Skor
Kriteria
4
Lengkap dan kompeten
3
Kompetensi dasar
2
Jawaban parsial
1
Jawaban coba-coba
0
Tidak ada respon
Dengan menggunakan skala tersebut, seseorang individu dapat memperoleh skor dari 0 sampai 4 untuk suatu item. Hal ini tergantung dari apa yang terdeteksi oleh guru dalam item tersebut. Skor 3 untuk suatu item dalam rublik ini tidak berarti menunjukkan 75 % indkator terpenuhi. Skor 3 dalam hal ini merupakan suatu indikator numerik yang menyatakan apa yang dimiliki oleh individu.
Rublik lain mungkin menggunakan skor dari 0 s.d. 2, atau dari 0 s.d. 6, atau 0 s.d. 8, atau bahkan dari 0 s.d.10.
G. INDIKATOR PENILAIAN
Yang dimaksud indikator penilaian adalah unsur-unsur pokok yang dapat menjelaskan kemampuan peserta didik setelah menyelesaikan satu satuan pendidikan tertentu. Banyak sekali indikator yang dapat dipilih, akan tetapi yang dipandang paling sensitif adalah basil ulangan atau basil tes (formatif dan sumatif), penyelesaian tugas-tugas terstruktur,. Dari indikatorndikator tersebut penilai dapat membuat kesimpulan, sejauh mana seorang siswa telah belajar dan berapa nilai yang adil untuknya.





1. Tes Formatif dan Sumatif
Dan sekian banyak jenis ulangan atau tes, yang paling lazim digunakan adalah ulangan harian atau tes formatif dan ulangan umum atau tes Sumatif. Tes formatif diselenggarakan setelah selesai satu satuan pelajaran, sedangkan tes Sumatif diselenggarakan pada akhir catur wulan atau semester.
Biasanya nilai tes formatif maupun nilai tes Sumatif dicatat dalam buku daftar nilai. Akan tetapi untuk keperluan penilaian berbasis portofolio nilai-nilai tersebut harus dicatat juga pada portofolio siswa masing-masing dengan mencantumkan kapan tes itu dilaksanakan, mengenai pokok bahasan apa, dan berapa nilai yang diperoleh siswa. Oleh karena itu berkas penilaian atau lembar jawaban setelah diperiksa dan diberi nilai dikembalikan lagi kepada siswa untuk selanjutnya didokumentasikan pada portofolionya masing-masing.
Cara menuliskan nilai tes pada portofolio masing-masing siswa dapat dilakukan oleh siswa sendiri dan setelahnya bisa dicek oleh guru dan dibubuhi paraf. Mengenai bentuk format untuk mendokumentasikan nilai tes formatif dan sumatif tersebut,tidak terlalu mengikat dan dapat dikembangkan oleh guru sendiri. Berikut ini disajikan sebuah contoh sebagai alternatif untuk digunakan.
FORMAT DOKUMENTASI PENILAIAN FORMATIF DAN
SUMATIF (TF-S)
JENIS  TES

TGL
POKOK
BAHASAN
NILAI
PARAF
GURU
KET.
Formatif
(A)
1.





2.





3.





Dst





JUMLAH A



RATA-RATA



Sumatif
(B)
1.




2.




3.




Dst




JUMLAH  B



RATA-RATA A dan B














2. Tugas-tugas Terstruktur
Tugas terstruktur adalah tugas yang harus dikerjakan para siswa untuk mendalami atau memperluas penguasaan materi pelajaran. Tugas-tugas tersebut diberikan secara berkala setiap satu satuan pelajaran. Bentuknya dapat berupa mengerjakan soal-soal latihan yang tedapat pada Lembar Kerja Siswa (LKS), menyusun makalah, melakukan pengamatan lapangan, tugas wawancara, dan sebagainya. Adapun cara menger­jakannya dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Logikanya, apabila para siswa mengerjakan tugas-tugas terstruktur dengan baik, maka penguasaan mereka terhadap materi pelajaran akan lebih baik. Nama yang lebih populer untuk menyebut tugas terstruktur itu adalah Pekerjaan Rumah (PR).
Untuk keperluan penilaian berbasis portofolio, tugas-tugas tersebut setelah diperiksa oleh guru, nilainya dicatat dan berkas tugas-tugas tersebut dilampirkan pada portopfolio siswa masing-masing. Apabila tugas tersebut dikerjakan secara berkelompok, masing-masing siswa hendaknya memiliki copynya untuk didokumentasikan pada portofolionya masing­masing.
Cara menuliskan nilai tugas terstruktur pada portofolio masing­masing siswa, seperti halnya menuliskan nilai tes, dapat dilakukan oleh siswa sendiri dan setelahnya bisa dicek oleh guru dan dibubuhi paraf.Mengenai bentuk format untuk mend okumentasikan nilai tugas terstruktur dapat digunakan model berikut.
Untuk keperluan penilaian berbasis portofolio, tugas-tugas tersebut setelah diperiksa oleh guru, nilainya dicatat dan berkas tugas-tugas tersebut dilampirkan pada portopfolio siswa masing-masing. Apabila tugas tersebut dikerjakan secara berkelompok, masing-masing siswa hendaknya memiliki copynya untuk didokumentasikan pada portofolionya masing­masing.
Cara menuliskan nilai tugas terstruktur pada portofolio masing-­masing siswa, seperti halnya menuliskan nilai tes, dapat dilakukan oleh siswa sendiri dan setelahnya bisa dicek oleh guru dan dibubuhi paraf.Mengenai bentuk format untuk mend okumentasikan nilai tugas terstruktur dapat digunakan model berikut.

FORMAT DOKUMENTASI PENILAIAN TUGAS TERSTRUKTUR (TT)

No
JENIS
TUGAS
ASPEK PENILAIAN
NILAI
PARAF
GURU
KET

1.

Pemahaman:
Seberapa baik tingkat
pemahaman siswa
terhadap tugas yang
dikerjakan.




Argumentasi:
Seberapa balk alasan
yang diberikan siswa
dalam menjelaskan
persoalan-persoalan
dalam tugas yang
dikerjakan.




Kejelasan:
•   Tersusun dengan
balk
•   Tertulis dengan
baik
•   Mudah dipahami




Informasi:
•   Akurat
•   Memadai
•   Pent:ng


_

Pemahaman:




2.

Argumentasi:




Kejelasan:




Informasi:




Dst.






JUMLAH





Contoh Rangkuman Penilaian Portofolio
                        Mata Pelajaran : Matematika
                        Alokasi Waktu : 1 Semester

Nama Siswa : _________________                                        Kelas :
No
S. Kompetensi / K. Dasar
Skor
Prestasi
Keterangan
(1 – 10)
T
BT
1.





2.





Dst
Dst
Dst
Dst
Dst
Dst

Total Skor





      Catatan:
 Setiap Standar Kompetensi/ K. Dasar yang masuk dalam daftar portofolio dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti pekerjaannya. Kemudian Guru menjelaskan bobot dari setiap portofolio yang dibuat.

H. Pengorganisasian
Pengorganisasian Model Penilaian Berbasis Portofolio adalah kegiatan mensiasati proses penilaian pembelajaran dengan perancangan terhadap unsur-unsur instrumental melalui upaya pengorganisasian penilaian yang rasional, demokratis, dan menyeluruh. Kronologis pengorganisasian penilaian pembelajaran itu mencakup empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, penyimpanan, dan pengunaan.

1. Perencanaan
Perencanaan penilaian Berbasis portofolio terdiri atas perencanaan per satuan waktu dan perencanaan per satuan bahan ajar. Perencanaan per satuan waktu terdiri atas program penilaian mingguan, bulanan, empat bulanan (catur wulan) atau enam bulanan (semester). Perencanaan per satuan bahan ajar terdiri atas program penilaian per satu satuan pelajaran dan satu kebulatan bahan ajar.
Penilaian mingguan, terdiri atas rekap perilaku harian berdasarkan catatan anekdot dan rekap tugas-tugas terstruktur. Penilaian bulanan adalah rekap laporan aktivitas siswa di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar. Penilaian catur wulan atau semester meliputi keseluruhan penilaian basil (tes) maupun proses (tugas terstruktur, catatan anekdot, laporan aktivitas di luar sekolah).
Penilaian per satu satuan pelajaran, terdiri atas penilaian formatif, yakni menilai penguasaan materi pelajaran setelah siswa selesai mempelajari pokok bahasan tertentu dan penilaian tugas terstruktur untuk mendalami dan memperluas penguasaan materi pokok bahasan yang bersangkutan. Penilaian satu kebulatan bahan ajar yaitu menilai penguasaan keseluruhan bahan ajar dalam satu satuan waktu tertentu (catur wulan atau semester) dengan tes sumatif. Penilaian per satuan waktu maupun penilaian per satuan bahan dituangkan dalam format dokumentasi penilaian.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan terdiri atas langkah-langkah penilaian yang dilakukan guru, baik menilai proses maupun hasil belajar siswa, mulai dari pengamatan, pencatatan, penganalisisan, dan penarikan kesimpulan.

Pengamatan dilakukan terhadap hasil tes, perilaku siswa sehari-hari, tugas-tugas yang mereka kerjakan, dan aktivitas yang mereka lakukan di luar sekolah. Hasil pengamatan tersebut kemudian dicatat.
(1) Hasil tes dicatat pada portofolio siswa masing-masing (Format TF-S).
(2)Tugas-tugas terstruktur dicatat pada portofolio siswa masing-masing (Format TT).

Dari catatan tadi secara berkala dianalisis, kemudian diberi nilai dan komentar seperlunya un.tuk keperluan tindak lanjut (follow up). Terakhir guru menarik kesimpulan tentang nilai akhir masing-masing siswa berdasarkan semua indikator yang ada.

3. Penyimpanan
Semua catatan atau dokumen penilaian siswa dapat disimpan pada sebuah map "snal hekter" atau map yang sejenis. Dokumen-dokumen tersebut harus dipisahkan kedalam lima bab. Bab pertama, berisi format penilaian hash tes formatif dan sumatif; Bab kedua, berisi format penilaian tugas-tugas terstruktur; dan Bab ketiga, berisi lampiran-lampiran,yaitu                                         berkas-berkas jawaban

Tes form atif/sumatif, tugas-tugas terstruktur, Gunakan pemisah berwarna beda untuk memisahkan bab-bab tersebut. Untuk mempermudah pemeriksanaan, buatlah daftar isi yang disimpan di bagian muka. Disamping itu pada kulit luar map perlu diberi identitas: FORTOFILIO siapa, kelas berapa, sekolah di mana, dan untuk mata pelajaran apa.
Agar portofolio siswa selalu ada di kelas dan aman dari segala gangguan, serta mudah diambil apabila diperlukan, sebaiknya pada setiap kelas, apabila pihak sekolah memiliki cukup dana, dibuat tempat menyimpannya. Misalnya berbentuk Joker-Joker kecil untuk masing-masing siswa dan bila mungkin dilengkapi kunci. Jika tidak mungkin disediakan tempat seperti itu, anal ada tempat khusus, seminal lemari atau rak buku pun sudah cukup baik.

4. Penggunaan
Yang memanfaatkan portofolio itu bukan saja guru dalam rangka menentukan nilai akhir masing-masing siswa, juga dapat dipergunakan oleh siswa sendiri untuk melakukan refleksi dan oleh orang tua siswa untuk melihat perkembangan belajar anak mereka.
Guru akan secara berkala menggunakan portofolio siswa itu, dengan tujuan sebagai berikut.
(1) Melakukan pengecekan indikator-indikator perkembangan belajar siswa.
(2) Memantau perkembangan kemampuan belajar siswa, baik memantau basil maupun prows belajarnya.
     (3). Memberikan penghargaan terhadap siswa yang perkembangan belajarnya sangat istimewa, seminal dengan cara memberikan pujian, memberikan penguatan kembali (reinforcement) kepada siswa yang memperlihatkan gejala penunman kemampuan belajarnya, dan memberikan dorongan kepada para siswa yang kemampuan belajarnya lambat.
Para siswa sendiri, dapat mengamati portofolionya secara berkala pada saat istirahat atau pun pada waktu-waktu  senggang. Tujuannya diantaranya adalah sebagai berikut.
(1) Merefleksi kegiatan    belajarnya:    apakah     nilai     yang diperolehnya itu menggambarkan proses belajarnya yang selama ini ia lakukan?
(2) Apakah is puas dengan basil dan proses belajarnya selama ini?
 (3) Apabila is tidak puas, apakah ada upaya yang akan dilakukannya?
(4) Apakah ada peluang untuk memperbaiki basil belajarnya dengan memperbaiki prosesnya?
Para orang tua pun dapat membaca portofolio anaknya secara berkala atau pada waktu-waktu tertentu, baik di sekolah maupun di rumah. Tujuannya adalah selain untuk mengetahui perkembangan kemampuan belajar anak-anaknya juga sebagai media komunikasi antara sekolah dengan orang tua.
Komunikasi itu penting mengingat yang bertanggung jawab mendidik anak-anak itu adalah bukan hanya guru, tetapi bersama­sama dengan orang tua. Guru mendidik di sekolah dan orang tua mendidik di rumah. Jika anak terdeteksi kurang baik perkembangan belajarnya oleh guru di sekolah, hendaknya dikomunikasikan sedini mungkin kepada orang tuanya, agar dapat dicari pemecahannya segera. Melalui portofolio tersebut informasi dari sekolah akan lebih dini diketahui orang tua siswa. Berbeda halnya dengan informasi melalui buku rapor, informasi tentang anak-anak mereka itu sudah final untuk satu catur wulan atau semester.



I. Penutup
Portofolio merupakan catatan atau kumpulan hasil karya siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil obsevasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan yang dibuat siswa.
Portofolio itu beragam jenisnya, guru dapat mengumpulkannya melalui banyak cara sesuai dengan tujuan, cara yang akan dipakai, tingkatan siswa ataujenis kegiatan yang dilakukan.
Portofolio agar bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa memberikan gambaran otentik kepada guru tentang apa yang telah dipelajari siswa kesulitan dan kendala yang dialami siswa dalam belajar dan jenis bantuan yang diharapkan siswa.
Penilaian portofolio dapat dijadikan alat untuk memvalidasi informasi tentang pemahaman siswa mengenai suatu konsep. Asesmen portofolio juga dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi rasa tanggungjawab dalam belajar, memonitor diri sendiri dalam kegiatan belajar, menanamkan kesadaran untuk meningkatkan kemampuan diri dan membuat argumen-argumen yang logis.














Daftar Pustaka
Gronlund, Norman E. (1998). Assesment of Student Achievment Sixth Edition. Boston : Allyn and Bacon.
Hamm, Mary & Adams, Dennis. (1991). Portofolio - It’s not just forarttists anymore. The Science Teacher. Mei 199.
Paulson, F Leon, PasrI R & Meyer, Carol A. (1991). What makes a Portofolio ? Eight thoughtful
guidelines will help educators encourage self-directed learning
. Educational Leadership. February 1991.
Ramdi, Hartono (199). Penerapan Asemen Portofolio dalam Mengembangkan Konsep Dili Siswa Terhadap Matematika. Tesis. PPS IKIP Bandung.
Stenmark, Jean Krr. (1991). Math Portofolio : A New Form of Assessment. Teaching K-8. August/September 1991.